12.05.2010

Fungsi Bahasa Iklan (TUGAS SOFTSKILLS)

1. http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2018848-bahasa-iklan-dan-fungsinya/
Pemanfaatan bahasa dalam iklan tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan dan demi tercapainya maksud iklan itu sendiri. Secara khusus iklan di televisi lebih menekankan bahasa tutur dalam menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Hal itu dapat diungkapkan oleh penutur dengan menggunakan kalimat imperatif, deklaratif, maupun introgatif. Semua tentu dengan satu tujuan yaitu tercapainya pesan.
Menurut Rot Zoill melalui Rendra Widyatama (2005:147) menjabarkan fungsi iklan dalam empat fungsi. Keempat fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
a. Fungsi Precipitation
Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi dari keadaan yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat mengambil keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan permintaan, menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah produk.
b. Fungsi Persuasion
Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan informasi tentang ciri suatu produk, dan membujuk konsumen untuk membeli.
c. Fungsi Reinforcement (meneguhkan sikap)
Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh khalayak.
d. Fungsi Reminder
Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap produk yang diiklankan.
Iklan di televisi memiliki kecendrungan menggunakan tindak tutur lisan yang berbeda antara iklan satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, iklan di televisi cenderung menggunakan bahasa percakapan. Percakapan itu sangat membantu menjelaskan maksud percakapan sehingga kalimat yang digunakan pun diusahakan kalimat yang efektif. Bahkan jenis iklan yang sama pun memiliki tindak tutur yang berbeda pula. Berbagai iklan yang ditayangkan di televisi memiliki keragaman demi menjaring konsumennya dengan pengemasan bahasa yang semenarik mungkin. Bahkan demi menjaring konsumen, setiap iklan menunjukkan keunggulan barang yang diiklankan. Selain itu, iklan kerap kali ditayangkan berulang kali sehingga akan semakin memberikan kesan yang dalam kepada konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Hal ini mempunyai maksud konsumen akan selalu ingat dengan tidak mempedulikan produk sejenis.

2. repository.unand.ac.id/.../RINGKASAN_LAPORAN_PENELITIAN_FUNDAMENTAL_Efri_Yades.doc

Penggunaan bahasa dalam iklan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar. Dengan demikian, pembuat semenarik mungkin sehingga tujuan atau fungsi persuasif dapat dicapai.

3. http://etd.eprints.ums.ac.id/5662/1/A310050099.PDF
Iklan sangat memerlukan gaya bahasa untuk dapat memikat pembaca atau pendengarannya. Sebuah iklan dapat dikatakan berhasil apabila memikat sasarannya menjadi mitra untuk mendukung atau membeli produk yang ditawarkan sehingga banyak iklan yang menggunakan bahasa berlebihan.

4. http://etd.eprints.ums.ac.id/8444/1/A310060069.pdf

Tujuan utama dalam wacana iklan adalah menarik perhatian. Untuk itu,diperlukan pesan-pesan iklan yang menarik dan penting sehingga dapat menarik perhatian calon konsumen (Rani, 2006: 67). Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat (konsumen) lewat suatu media. Iklan merupakan kegiatan yang bertujuan mempengaruhi konsumen agar membeli atau memakaiproduknya, baik berupa barang maupun jasa, atau mengikuti visi maupun misi pemasang iklan. Oleh karena itu, bahasa yang diperguakan haruslah

dibuat sedemikian rupa sehingga menarik konsumen. Iklan merupakan salah satu bentuk informasi dari produsen kepada konsumen. Produsen sebagai penghasil barang menawarkan hasil produksinya kepada konsumen sebagai pembeli. Bahasa iklan harus dapat menarik minat konsumen untuk membeli barang yang ditawarkan oleh produsen.

Iklan diharapkan dapat memberi informasi dan petunjuk yang bermanfaat bagi calon konsumen yang hendak mengadakan pembelian suatu barang. Konsumen sebagai calon pembeli dapat mengetahui karakteristik barang setelah membaca dan menikmati iklan. Bahasa yang digunakan dalam iklan dibuat dengan mengandung daya yang persuasif dan komunikatif. Oleh karena itu, bahasa iklan harus menggunakan diksi dan gaya bahasa yang sesuai dengan maksud dan tujuan iklan.

5.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21085/5/Chapter%20I.pdf

Seorang pembuat iklan harus memperhatikan bahasa yang digunakan dalam pembuatan iklan yang akan dipublikasikan. Bahasanya harus menarik dan mengunakan gaya bahasa yang menggugah konsumen. Sehingga konsumen merasa terhipnotis ingin membeli barang atau produk tersebut. Konsumen sebagai masyarakat awam kadang-kadang tidak memahami apa yang tersirat dari sebuah iklan tersebut.

6.http://www.fsrd.itb.ac.id/wp-content/uploads/4%20tyas-iklan.pdf


Bahasa dalam iklan dituntut mampu menggugah, menarik, meng-identifikasi, menggalang kebersamaan, dan mengombinasinasikan pesan dengan komparatif kepada khalayak (Stan Rapp & Tom Collins, 1995:152). Studi bahasa sangat dikuasai oleh kecenderungan untuk menjelaskan bahasa berdasarkan sistem formalnya dan mengabaikan unsur pengguna bahasa. Pragmatik merupakan tataran yang ikut memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa. Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (a) bidang yang mengkaji makna pembicara; (b) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (c) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasi-kan oleh pembicara; (d) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Thomas (1995:2) memandang pragmatik dari dua sudut pandang, (1) sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara speaker meaning; (2) sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran utterance interpretation. Selanjutnya Thomas (1995:22) mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi meaning in interaction. J.L. Austin (dalam Thomas 1995:31) melalui analisis perfor-matifnya, yang menjadi landasan teori tindak-tutur (speech act), berpendapat bahwa dengan berbahasa kita tidak hanya mengatakan sesuatu (to make statements), melainkan melakukan sesuatu (perform actions). Ujaran yang bertujuan mendeskripsi-kan sesuatu disebut konstatif dan ujaran yang bertujuan melakukan sesuatu disebut performatif. Yang pertama tunduk pada persyaratan kebenaran, benar-salah (truth condi-tion) dan yang kedua tunduk pada persyaratan kesahihan (felicity condition) (Gunarwan, 2004:8).


No comments:

Post a Comment